Pasca Reformasi 1998 cahaya di Wisma Cendana berangsur meredup bahkan nyaris mati. Pernyataan pengunduran Presiden Soeharto sebagai Prersiden RI merupakan titik akhir dari semua kemegahan yang pernah menaungi Wisma Cendana. Apabila pada periode awal orde baru, perkenalan dan kedekatan dengan keluarga cendana merupakan pintu pertama menuju sukses, kini keadaan berubah total, kedekatan dengan keluarga cendana dapat menjadi awal kehancuran masa depan.

Itulah politik. Kebenaran ada di tangan sang penguasa. Sang penguasa dengan bebas menentukan alur warna sejarah bangsa. Sementara rakyat kecil hanyalah sebuah kanvas kecil dan mati . Tubuhnya penuh coretan, tanpa mampu untuk menolak kehendak sang pelukis.

Polemik di atas juga menimpa Letnan Jenderal Prabowo Subiyanto yang menjabat sebagai Pangkostrad saat meledaknya Bom Reformasi di Indonesia. Karir cemerlang yang dibinanya sejak keluar dari Lembah Tidar sebagai perwira muda yang penuh idealis dan cita-cita berakhir dengan tragis .

Sebagai salah satu Jenderal termuda, Letnan Jenderal Prabowo memiliki catatan biodata sbb :

N a m a : Prabowo Subiyanto

Tempat/Tgl lahir : 17 Oktober 1951

Pendidikan : SMA American School in London. UK th. 1969

Kursus/Pelatihan:
Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1974)
Kursus Para Komando (1975)
Jump Master (1977)
Kursus Perwira Penyelidik (1977)
Free Fall (1981)
Counter Terorist Course Gsg-9 Germany (1981)
Special Forces Officer Course, Ft. Benning U.S.A. (1981)

Jabatan:
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998)

Menikah : Tahun 1983, hampir bersamaan dengan penugasannya ke Timor-Timur.

Dari data di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya karir Letnan Jenderal Prabowo yang begitu cemerlang merupakan penghargaan atas karya bakti dan kecemerlangan daya fikirnya selaku Prajurit TNI bukan semata-mata dia menantu seorang Presiden yang tengah berkuasa.

Letnan Jenderal Prabowo Subiyanto masuk dalam lingungan keluarga cendana baru pada tahun 1983, setelah beliau menikahi salah satu puteri Presiden Soeharto. Berbagai kursus yang berkaitan dengan karirnya sebagai seorang prajurit diperoleh sejak tahun 1974 – 1981, saat dia belum menjadi bagian keluarga cendana.

Sebuah analisa dapat ditarik disini, bahwasanya berbagai kesempatan untuk mengikuti pelatiahan khusus baik di dalam negeri maupun di luar negeri, diperoleh oleh Prabowo Subiyanto disaat belum masuk keluarga cendana. Hal ini berarti berbagai kesempatan yang diberikan kepada Prabowo Subiyanto dikarenakan Prabowo Subiyanto termasuk diantara Perwira berfikiran cemerlang, dan diprogram sebagai kader penerus kepemimpinan di lingkup TNI AD.

Perjalan hidup Letnan Jenderal Prabowo yang sempat menjadi bagian dari keluarga cendana justru menjadikan kemampuan indifidu Prabowo Subiyanto sebagai Prajurit TNI kian tenggelam. Semua penghargaan yang diberikan oleh Negara baik berupa pangkat dan jabatan yang diperoleh karena kecemerlangan daya fikirnya menjadi hilang, yang ada di dalam pandangan masyarakat semua yang di perolehnya dianggap warisan dan uluran kasih keluarga cendana. Masuknya Prabowo Subiyanto ke dalam keluarga cendana laksana “ Anugerah Yang Menikam “ bagi karir Prabowo Subiyanto.

Pada awalnya Letnan Jenderal Prabowo Subiyanto kurang menaruh minat untuk mempelajari dunia politik. Sejak masih menjadi seorang perwira muda Prabowo Subiyanto hanya berkeinginan menjadi prajurit TNI yang cakap dan profesional. Sehingga tak heran apa bila di tahun 1998 Letnan Jenderal Prabowo Subiyanto menjadi permainan politik beberapa tokoh elit di lingkungan TNI AD. Dan mencapai puncaknya dengan dikeluarkannya Letnan Jenderal Prabowo Subiyanto dari dinas kemiliteran.

Satu hal yang mengagumkan dari sosok Prabowo Subiyanto adalah kemampuan menahan emosi disaat dirinya teraniaya. Hal ini nampak dengan tidak banyaknya komentar yang diberikan oleh Prabowo Subiyanto atas sanksi yang diberikan kepadanya. Prabowo tidak ingin melihat kondisi negeri ini menjadi lebih panas akibat konflik antara dirinya dengan tokoh elit di negeri ini. Letnan Jenderal Prabowo Subiyanto memegang teguh falsafat yang berbunyi “ Bila para petinggi negeri bertarung, maka rakyatlah yang akan terluka”.

Melihat jalan panjang penuh duri yang di lewati Prabowo Subiyanto tanpa keluh kesah, maka sangatlah layak apa bila hal itu menjadi pertimbangan positif bagi bangsa ini untuk menjadikannya sebagai Calon Presiden RI di tahun 2009-2014 mendatang.

Pengalaman Prabowo Subiyanto sebagai seorang prajurit TNI akan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang tegas dan pantang menekuk pundak dihadapan bangsa lain. Pengalaman Prabowo Subiyanto sebagai salah satu pengusaha yang sukses, akan sangat membantu cara pengambilan keputusan darurat di bidang ekonomi, disamping memang dalam darah Prabowo Subiyanto mengalir genetika seorang Begawan Ekonomi Indonesia.

Saatnya Indonesia memiliki seorang Presiden yang tegas dan disiplin layaknya seorang tentara, tapi mampu mengambil keputusan yang tepat di bidang ekonomi bagaikan seorang pengusaha dan mampu menganalisa kondisi ekonomi masa depan layaknya seorang Begawan Ekonomi.

Salam : Ki Semar.

Comments

0 responses to "Letjen. Prabowo Bukan Boneka Cendana"