12:12 PM | Posted in



Suasana sejuk pegunungan hari ini begitu terasa. Terlebih di lereng gunung tempat Ki Semar membagun pondoknya. Di sebuah bangku tua yang terbuat dari bambu tampak Ki Semar begitu asyiknya memandangi sebuah foto tua yang sudah kusam. Sesekali diusapnya foto itu. Tampak sekali betapa berharganya foto itu bagi Ki Semar.

Namun demikian ketenangan Ki Semar tidak berlangsung lama, karena dari balik rumpun bambu muncul beberapa orang tetangga Ki Semar. Dan dengan keramahan khas pegunungan Ki Semar mempersilahkan mereka mampir di pondoknya.

Salah seorang dari mereka sempat bertanya kepada Ki Semar, “Ki, foto siapa itu, kok nampaknya Ki Semar sangat menyanyagi orang dalam foto itu. Apa itu foto cucu Ki Semar ?” Dengan tersenyum Ki Semar berkata, “Masa kamu tidak tahu, ini kan foto Bung Karno. Aku sangat menyayanginya. Bahkan aku sampai rela turun dari khayangan hanya untuk menjaga beberapa peninggalan Bung Karno. Terutama ajaran-ajarannya.” Mendengar penjelasan dari Ki Semar maka salah satu tamu berkata “Wah, kalau begitu aku bisa nebak, pasti dalam PILPRES 2009 Ki Semar memilih MEGAWATI dengan PDIP sebagai partainya.” Mendengar perkataan tersebut nampak Ki Semar sangat sedih. Dengan penuh kasih sayang Ki Semar meminta para tamunya untuk duduk lebih mendekat kepadanya. “Kemarilah cucuku, duduklah lebih mendekat, aku ingin menceritakan sesuatu yang selama ini menghantui dan meresahkan perasaanku. Dan karena keresahan inilah, makanya sampai saat ini aku tidak kembali ke khayangan dan memilih tinggal di bumi Nusantara ini.”

Setelah para tamu duduk mendekati Ki Semar, mulailah Ki Semar dengan ceritanya : “Sebentar lagi PILPRES RI akan segera di laksanakan. Menyambut hal itu maka banyak wajah Capres yang muncul di kancah politik National. Salah satunya adalah MEGAWATI SOEKARNO PUTRI. Dia adalah PUTERI BUNG KARNO. Sekali lagi PUTERI BUNG KARNO. Dia bukan Bung Karno. Sementara yang aku lihat selama ini banyak rakyat yang bermimpi. Dia membayangkan betapa luhurnya budi Bung Karno dalam memimpin Negeri ini. Dijaman kepemimpinan Bung Karno Indonesia menjadi Negara yang di segani oleh bangsa-bangsa lain. Dan hal itu terjadi tidak lepas dari peran Bung Karno selaku PREIDEN RI saat itu. Ditengah terpuruknya kondisi negeri ini, masyarakat banyak berkhayal untuk kembali dipimpin oleh Bung Karno. Guna menghilangkan kehausan dan kerinduan akan masa lalu maka sebagian masyarakat mengusung Megawati Soekarno Putri dengan PDIP sebagai partainya untuk menjadi Presiden RI. Nah disinilah awal kesalahan bangsa ini. Megawati hanyalah puteri bung Karno, sehingga banyak sekali perbedaan diantara ke duanya. Baik dari landasan berpolitiknya maupun dari kondisi keluarga sebagai faktor pendukungnya. Disini akan aku sampaikan berbagai perbedaan tersebut . Aku akan mulai dari sisi Bung Karno.

Jejak Politik Soekarno

Soekarno memulai kiprahnya di dunia politik di saat negeri ini masih di bawah penjajahan Belanda. Semua langkah, strategi serta berbagai pengorbanan yang dilakukannya hanya mempunyai satu niat : INDONESIA MERDEKA. Dan untuk itu dia mengalami berbagai rintangan. Diasingkan ke pulau-pulau terpencil, diisolasi dari pergaulan umum, sampai di janjikan pangkat dan jabatan yang terhormat dengan satu syarat , Bung Karno menghentikan teriakan dan tuntutannya tentang INDONESIA MERDEKA. Disini jelas tentang arah berpolitik Soekarno. Bila Bung Karno berpolitik untuk kepentingan diri pribadi yang terwujud dalam bentuk pangkat dan jabatan, maka sejak awal Bung Karno telah menghentikan perjuangan oltiknya. Dia akan menjadi seorang pejabat di bawah pemerintahan Belanda dengan berbagai kemewahan serta fasilitasnya. Sungguh janji yang sangat menggiurkan. Tapi hal itu tidak mampu membelokkan arah perjuangan Soekarno. Karena Prinsip perjuangannya bukan untuk menjadi PRESIDEN RI tetapi untuk KEMERDEKAAN INDONESIA. Dan apabila pada akhirnya dia terpilih sebagai PRESIDEN RI, itu hanya merupakan sebuah DAMPAK bukan TUJUAN dari perjuangannya. Proses pemilihan dirinya tidak di awali masa kampanye yang pada intinya membanggakan diri sendiri, menjual kebaikan diri sendiri, dan bila perlu dan harus perlu untuk menjelekan pihak lain. Pengangkatan dirinya sebagai Presiden tidak di sambutnya dengan teriakan kemenangan. Karena memang Dia tidak pernah merasa menang, mengapa Dia tidak merasa menang ? jawabnya adalah : Dia tidak pernah bertarung dengan siapapun untuk menjadi Presiden RI. Pengankatan dirinya sebagai Presiden RI hanya dijawab dengan ucapan “Terima kasih atas kepercayan ini.” Apa yang diuraikan di atas adalah analisa tentang landasan perjuangan Bung Karno.

Dari sisi penataan keluarga, Bung Karno sangat tidak menghendaki campur aduk antara jabatan sebagai kepala Negara dan jabatan sebagai kepala keluarga. Sehingga dengan prinsip ini Bung Karno tidak pernah membicarakan permasalahan yang dihadapinya sebagai Presiden RIPresiden RI. Bung Karno memang pencinta wanita. Tapi paling pantang diatur oleh wanita. Lalu bagaimana dengan Megawati ? dihadapan anak dan istrinya. Dan dia akan akan murka bila sang istri mencoba ikut bicara dalam hal Keputusan yang dia ambil sebagai

Jejak Politik Megawati :

Megawati memulai karier politiknya dari sebuah Partai Politik. Dengan dalih apapun, berdirinya Partai Politik pasti bertujuan ingin menjadi pihak yang berkuasa di Negeri ini. Berbagai cara akan di tempuhnya. Salah satu diantaranya dengan mengupayakan agar salah satu kadernya dapat menjadi Presiden RI. Hanya dengan cara inilah berbagai kemudahan dan fasilitas berupa pangkat dan jabatan akan dapat dinikmati oleh semua jajaran yang ada di dalam sebuah Partai Politik. Dalam organisasi yang demikianlah Megawati dibesarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya : Megawati terjun kedunia Politik dalam rangka ingin menjadi Presiden RI. Atau dengan kata lain jabatan sebegai Presiden RI menjadi TUJUAN perjuangannya. Bukan untuk kepentingan Bangsa dan Negara. Kepentingan Bangsa dan Negara hanya menjadi DAMPAK. Itupun kalau berdampak.

Dari sisi kehidupan keluarga. Dalam hubungan keluarga sudah jelas Megawati bukan kepala keluarga. Dia hanyalah Istri dan ibu rumah tangga. Situasi yang demikian akan membuat Megawati seakan berdiri di persimpangan jalan. Ketegasan sebagai seorang Presiden serta bakti seorang istri bukanlah 2 hal yang mudah di lakukan. Jika para istri Bung Karno sangat takut untuk ikut berkomentar tentang permasalahan Politik dan Pemerintahan, tidak demikian dengan suami Megawati. Masih segar dalam ingatan kita disaat terjadi konflik antara Megawati dan SBY, pernyataan pedas serta kurang etis justru lebih banyak di keluarkan oleh Taufik Kemas. Dalam wawancara di Kick Andy beberapa waktu lalu, Megawati dengan bangga menceritakan bagaimana di berangkat ke Istana, dengan diikuti oleh cucu-cucunya. Kita semua tahu setiap langkah seorang Presiden selalu diikuti oleh aturan Protokoler. Disana sudah diatur tentang Ajudan dan kendaraan dinas Presiden (RI 1) termasuk siapa saja yang berhak mengendarai kendaran tersebut. Layakkah seorang bocah duduk dalam Kendaraan Kepresidenan ?. Jelas tidak layak. Disini Nampak sekali betapa Megawati belum bisa memisahkan Jabatan Presiden dan kasih sayang seorang nenek.

Dari berbagai perbandingan diatas, jelas nampak perbedaan antara Megawati dan Bung Karno. Kembali kepada kita semua, apakah kita masih harus bermimpi kembali ke jaman Presiden Soekarno dengan memilih Megawati sebagai Presiden RI. Kalau kamu sekalian berpendapat demikian, maka bersiaplah untuk menjadi bangsa yang kecewa. Sekali lagi bangsa yang kecewa." Demikian Ki Semar menutup ceritanya di hadapan para tamu yang ada. Mendengar penjelasan Ki Semar nampak perubahan di wajah para tamu Ki Semar. Ada wajah sedih, kecewa, bahagia semua campur jadi satu. Sejenak suasana menjadi hening, semua orang sibuk dengan fikiran masing-masing. Keheningan itu hilang saat seorang tamu kembali bertanya kepada Ki Semar "Ki , kalau begitu keadaannya, lalu siapa yang akan kita pilih saat Pemilihan Presiden RI 2009 mendatang ?" sambil menggeser duduknya Ki Semar menjawab "Aku tidak akan mendukung satu nama, tapi aku akan memberi kamu pedoman kriteria seorang Presiden RI :

- Jangan memilih Presiden yang terlalu banyak janji. Semakin banyak dia berjanji semakin banyak pula janji yang akan dia dustai. Dan kita hanya akan menjadi bangsa yang penuh kecewa.

- Jangan memilih Presiden dari Capres yang suka menjelekkan Capres lain. Capres yang demikian telah menunjukkan kekerdilan jiwanya. Sehingga untuk menghilangkan kekerdilannya dia harus naik kebahu Capres lain dengan cara menjelekkan Capres lain tersebut. Dampak yang kedua, capres yang demikian akan selalu mencari kambing hitam apabila menemui kegagalan dalam pemerintahannya.

- Jangan memilih Capres yang sudah pernah menjadi Presiden RI tetapi tidak lama masa kepemimpinannya. Capres yang demikian sudah menunjukkan ketidak mampuannya dalam mengendalikan dan meredam masalah yang ada. Jabatan sebagai Presiden sudah tidak mampu dia pertahankan, apalagi mempertahan kehormatan dan kedaulatan bangsa dan negara ini. Itulah sebagian kriteria yang harus kamu pegang saat akan memilih seorang Presiden. " Demikian Ki Semar mengakhiri ucapannya. Para tamupun nampak mengangguk angguk dan tersenyum puas.

Tak terasa hari semakin sore, maka berpamitlah para tamu kepada Ki Semar. Suasana pondok kembali sepi, tinggal sosok Ki Semar yang duduk bersila sambil memandang foto Bung Karno yang dipegangnya.

Dengan lirih dia berkata "Ma'af Bung Karno atas pembicaraanku tadi, tapi semua ini aku lakukan demi Bumi Nusantara yang aku cintai, seperti engkau juga sangat mencintainya ".

Salam : Ki Semar

��

Comments

0 responses to "Megawati Bukan Soekarno"