Suasana sejuk pegunungan hari ini begitu terasa. Terlebih di lereng gunung tempat Ki Semar membagun pondoknya. Di sebuah bangku tua yang terbuat dari bambu tampak Ki Semar begitu asyiknya memandangi sebuah foto tua yang sudah kusam. Sesekali diusapnya foto itu. Tampak sekali betapa berharganya foto itu bagi Ki Semar.
Namun demikian ketenangan Ki Semar tidak berlangsung lama, karena dari balik rumpun bambu muncul beberapa orang tetangga Ki Semar. Dan dengan keramahan khas pegunungan Ki Semar mempersilahkan mereka mampir di pondoknya.
Salah seorang dari mereka sempat bertanya kepada Ki Semar, “Ki, foto siapa itu, kok nampaknya Ki Semar sangat menyanyagi orang dalam foto itu. Apa itu foto cucu Ki Semar ?” Dengan tersenyum Ki Semar berkata, “Masa kamu tidak tahu, ini
Setelah para tamu duduk mendekati Ki Semar, mulailah Ki Semar dengan ceritanya : “Sebentar lagi
Jejak Politik Soekarno
Soekarno memulai kiprahnya di dunia politik di saat negeri ini masih di bawah penjajahan Belanda. Semua langkah, strategi serta berbagai pengorbanan yang dilakukannya hanya mempunyai satu niat : INDONESIA MERDEKA. Dan untuk itu dia mengalami berbagai rintangan. Diasingkan ke pulau-pulau terpencil, diisolasi dari pergaulan umum, sampai di janjikan pangkat dan jabatan yang terhormat dengan satu syarat , Bung Karno menghentikan teriakan dan tuntutannya tentang INDONESIA MERDEKA. Disini jelas tentang arah berpolitik Soekarno. Bila Bung Karno berpolitik untuk kepentingan diri pribadi yang terwujud dalam bentuk pangkat dan jabatan, maka sejak awal Bung Karno telah menghentikan perjuangan oltiknya. Dia akan menjadi seorang pejabat di bawah pemerintahan Belanda dengan berbagai kemewahan serta fasilitasnya. Sungguh janji yang sangat menggiurkan. Tapi hal itu tidak mampu membelokkan arah perjuangan Soekarno. Karena Prinsip perjuangannya bukan untuk menjadi
Dari sisi penataan keluarga, Bung Karno sangat tidak menghendaki campur aduk antara jabatan sebagai kepala Negara dan jabatan sebagai kepala keluarga. Sehingga dengan prinsip ini Bung Karno tidak pernah membicarakan permasalahan yang dihadapinya sebagai
Jejak Politik Megawati :
Megawati memulai karier politiknya dari sebuah Partai Politik. Dengan dalih apapun, berdirinya Partai Politik pasti bertujuan ingin menjadi pihak yang berkuasa di Negeri ini. Berbagai cara akan di tempuhnya. Salah satu diantaranya dengan mengupayakan agar salah satu kadernya dapat menjadi
Dari sisi kehidupan keluarga. Dalam hubungan keluarga sudah jelas Megawati bukan kepala keluarga. Dia hanyalah Istri dan ibu rumah tangga. Situasi yang demikian akan membuat Megawati seakan berdiri di persimpangan jalan. Ketegasan sebagai seorang Presiden serta bakti seorang istri bukanlah 2 hal yang mudah di lakukan. Jika para istri Bung Karno sangat takut untuk ikut berkomentar tentang permasalahan Politik dan Pemerintahan, tidak demikian dengan suami Megawati. Masih segar dalam ingatan kita disaat terjadi konflik antara Megawati dan SBY, pernyataan pedas serta kurang etis justru lebih banyak di keluarkan oleh Taufik Kemas. Dalam wawancara di Kick Andy beberapa waktu lalu, Megawati dengan bangga menceritakan bagaimana di berangkat ke Istana, dengan diikuti oleh cucu-cucunya. Kita semua tahu setiap langkah seorang Presiden selalu diikuti oleh aturan Protokoler. Disana sudah diatur tentang Ajudan dan kendaraan dinas Presiden (RI 1) termasuk siapa saja yang berhak mengendarai kendaran tersebut. Layakkah seorang bocah duduk dalam Kendaraan Kepresidenan ?. Jelas tidak layak. Disini Nampak sekali betapa Megawati belum bisa memisahkan Jabatan Presiden dan kasih sayang seorang nenek.
Dari berbagai perbandingan diatas, jelas nampak perbedaan antara Megawati dan Bung Karno. Kembali kepada kita semua, apakah kita masih harus bermimpi kembali ke jaman Presiden Soekarno dengan memilih Megawati sebagai
- Jangan memilih Presiden yang terlalu banyak janji. Semakin banyak dia berjanji semakin banyak pula janji yang akan dia dustai. Dan kita hanya akan menjadi bangsa yang penuh kecewa.
- Jangan memilih Presiden dari Capres yang suka menjelekkan Capres lain. Capres yang demikian telah menunjukkan kekerdilan jiwanya. Sehingga untuk menghilangkan kekerdilannya dia harus naik kebahu Capres lain dengan cara menjelekkan Capres lain tersebut. Dampak yang kedua, capres yang demikian akan selalu mencari kambing hitam apabila menemui kegagalan dalam pemerintahannya.
- Jangan memilih Capres yang sudah pernah menjadi
Tak terasa hari semakin sore, maka berpamitlah para tamu kepada Ki Semar. Suasana pondok kembali sepi, tinggal sosok Ki Semar yang duduk bersila sambil memandang foto Bung Karno yang dipegangnya.
Dengan lirih dia berkata "Ma'af Bung Karno atas pembicaraanku tadi, tapi semua ini aku lakukan demi Bumi Nusantara yang aku cintai, seperti engkau juga sangat mencintainya ".
Salam : Ki Semar
0 responses to "Megawati Bukan Soekarno"